Karena kamu bahagia maka hidupmu jadi nikmat. Bukan karena kamu mendapatkan nikmat lalu kamu bahagia. Karena kamu bersyukur, maka nikmatmu bertambah. Bukan karena nikmatmu bertambah baru bersyukur. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Seperti apa yang telah digasriskan, dimana sebuah hal berasal, maka kesanalah ia akan kembali.

Jan 19, 2013

Love In Seoul


“Kiaaaa… Bangun! Lihat, sudah jam berapa ini? Kamu bisa telat”, Seru ibu yang terdengar dari luar kamarku.
“Iya bu, ini aku sudah mau mandi”, Balasku dengan nada lemas, ya karna sebenarnya aku masih ingin tidurlebih lama, kasurku seakan merayuku untuk tetap tidur.

Setelah selesai mandi dan memakai seragam, aku segera bergegas untuk sarapan.

“Makannya pelan-pelan. Nanti tersedak makanmu cepat begitu” kata ibuku mengingatkan.
“Iya bu, aku hanya taku telat” balasku singkat sambil melanjutkan makanku.
“Bukankah hari ini kamu akan mendapat pemberitahuan tentang program pertukaran pelajar?”
“Iya bu, doakan aku supaya lancar ya bu” Pintaku sambil mencium tangan ibuku dan langsung bergegas untuk berangkat sekolah.

***

TING! TONG! ...
Terdengar nyaring bunyi bel sekolahku. Ketika mulai belajar, aku dipanggil untuk ke ruang kepala sekolah.

“Saskia, program pertukaran pelajarmu akan dilakukan bulan depan tanggal 4 nanti. Tolong keberangkatanmu ini di persiapkan dari sekarang.”  seru Pak Kepala sekolah, “Bagaimana dengan bahasa Korea mu?” lanjutnya.
“Iya pak saya juga telah menyiapkannya dari jauh-jauh hari. Lalu saya sudah mulai lancer berbahasa korea, tapi saya akan melancarkannya lagi” ujarku. Selama satu jam, aku dan kepala sekolah membicarakan tentang program pertukaran sekolah ini.

***

Dirumah aku mulai mempersiapkan segala hal untuk pertukaran pelajar nanti. Rasanya, tidak sabar ingin cepat-cepat menginjakkan kaki ku di Korea. Ya, Selama ini aku sangan mendambakan pergi kesana menikmati 4 musim disana, apalagi aku adalah Korean Lovers. Aku menyukai Girlsband & Boysband Korea. Drama-drama  nya pun sangat aku gemari.

“Ciee yang sebentar lagi ke korea” seru kakak ku yang memecahkan lamunanku.
“Apasih kak. Mending kamu bantu aku membereskan kamar dan mempersiapkan barang-barangku” , pintaku.
“Kok malah menyuruhku sih?” gerutunya.
“Ayolah kak, adikmu ini capek membereskannya sendiri” pintaku padanya. “Iya iya” jawabnya malas.

***

Hari ketika aku akan berangkat ke korea pun tiba, aku di temani guruku, ayahku, ibuku, serta kakakku mengantar aku pergi ke bandara.

“Kia, nanti kalau sudah sampai korea jangan lupa telepon ibu ya. Nanti ibu akan menelepon mu setiap hari” Kata ibu. “Iya, bu, nanti aku telepon” jawabku.
“Nanti di sana kamu harus jaga sikap ya. Jangan lupa makan. Kamu juga jangan tidur terlalu larut” Pesan ayah.
“Iya, yah” jawab ku.
“Saskia, nanti kamu disana akan tinggal di rumah orang tua asuh kamu, ini alamatnya” Kata guruku sambil memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumah. “Beliau pernah bekerja di Indonesia, jadi dia bisa berbahasa Indonesia. Nanti setelah sampai di Korea, kamu langsung ke sana saja” lanjutnya.
“Baik, Pak!” seruku.
“Kia kamu jaga diri juga ya disana” kata kakakku menambahkan.

Setelah bersalaman, akupun bergegas masuk ke pesawat.

***

“Ah, akhirnya sampai juga” kataku ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di Korea.

Suasana yang beda, cuaca yang beda 180° dari di Indonesia. Ya, di sini memang sedang musim gugur. Aku mengeratkan jaketku sambil berjalan masuk ke taksi untuk pergi ke rumah orangtua asuhku di Korea.

“Mau kemana?” tanyanya dalam bahasa Korea.
“Kesini” jawabku sambil menunjukkan kepadanya secarik kertas berisi alamat yang ku tuju. Ini adalah percakapan pertama ku di korea.

Taksi pun sampai membawaku ke daerah Gyeonggi-do, aku pun membayar taksi dengan beberapa lembar uang Won.

***

“Anneyong haseyo” Kataku sambil membuka pintu rumah Tuan Lee.
“Ah, Anneyong. Apa kamu Saskia yang mengikuti program pertukaran pelajar dari Indonesia?” Tanya Nyonya Lee ramah.
“Iya saya Saskia” kataku sambil membungkukkan sedikit badanku.
“Ayo, silahkan masuk. Kami telah menunggumu dari tadi” seru Tn. Lee.

Akupun masuk mengikutinya.

“Anneyong kak, namaku Lee Chaerin” terdengar suara anak kecil.
“Anneyong Chaerin, Namaku saskia. Panggil saja aku Kia” Jawabku sambil mengelun-elus pipinya. Dia adalah anak dari Tn.Lee Min Hoo dan Ny.Goo Hye Sun, orang tua asuhku.

Akupun membereskan barang-barangku di kamar yang telah disiapkan.
“Kamar ini telah kami siapkan dari kemarin. Anggap saja rumah sendiri. Oh, ya, panggil saja aku Umma” kata Ny.Lee sambil membantuku membereskan pakaianku.
“Terima kasih, Umma” balasku.

***

Kriiing.. Kriiing.. Bunyi alarm ku terdengar nyaring di kamarku. Aku pun bergegas bangun dan mandi, setelah itu bergabung untuk sarapan. “Ini kan hari pertamamu bersekolah di Korea, semoga lancar” kata Ny.Lee.

Aku pun berangkat. Hari pertama aku di antar oleh Tn.Lee karena aku belum hafal jalan menuju sekolahku. Mobil Tn.Lee pun berhenti di depan sebuah gedung mewah yang di luarnya terdapat tulisan besar SHINHWAN SCOOL. Disinilah tempat aku bersekolah selama pertukaran pelajar ini.

Nah, sampai disini ya. Sekolahmu disini” seru Tn.Lee,
“Iya terimakasih” jawabku.

Kemudian aku turun dari mobil, lalu menundukkan badanku ketika mobil Tn.Lee mulai pergi dari hadapanku. Akupun masuk kedalam sekolah yang begitu megah.

“Anak-anak, kalian kedatangan teman baru dari Indonesia yang merupakan siswi pertukaran pelajar. Coba perkenalkan namamu” Tutur jelas Mrs. Park yang merupakan wali kelas ku disini.
“Anneyong haseyo, nama saya Saskia, kalian bisa memanggil saya Kia, mohon bimbingannya, terima kasih”, perkenalan singkatku pertama dikelas.
“Kia, kau bisa duduk di samping Yoona” seru Mrs. Park.

Akupun segera menuju bangku kosong di depan pojok kelas. Awalnya terasa canggung karena ini adalah pertama kalinya aku masuk sekolah ini.
“Hai kia, namaku yoona” seru Yoona yang merupakan teman sebangku ku.
“Hai yoona, salam kenal” sapaku pada Yoona.
“Iya salam kenal juga. Karna kamu baru disini, jika ada kesulitan atau membutuhkan bantuan, jangan segan bilang padaku” serunya ramah.
“Iya, terima kasih Yoona”. Dan jam pelajaran pun dimulai.

Hari pertamaku belajar di Korea terasa sangat melelahkan, karena jam belajar di Korea 2 kali lipat dari jam belajar di Indonesia, syaitu 13 jam. Setelah sampai rumah, aku langsung merebahkan tubuhku ke atas kasur.

***

Hari ini aku berangkat sekolah lebih awal. Ketika aku sampai di sekolah, saat itu sekolah masih sepi, aku melihat seorang siswa Shinhwa School sedang bermain basket. Tiba-tiba bola basket yang sedang di mainkannya terlempat tepat di hadapanku. Aku lalu mengambil bola basket tersebut. Kemudia dia menghampiriku.

“Bolanya” pintanya sambil mengulurkan tangan.
“Ah..  ini bolanya” kataku lalu menyerahkan bola itu ke Sehun, lalu Sehun melanjutkan bermain basketnya.

Ya, siswa Shinhwan School yang tadi bermain basket bernama Sehun. Aku tidak terlalu mengenalnya karna di kelas pun dia terlihat dingin dan tertutup. Terkesan cuek.

Aku pergi menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, ternyata Yoona sudah datang,

“Hai Kia, kamu sudah datang?” tanyanya.
“Iya. Hmm Yoona, boleh aku Tanya sesuatu?” tanyaku pada Yoona.
“Apa?” 
“Sehun itu, siapa sih? Kenapa dia sangat dingin?” tanyaku.
“Sehun itu memang seperti itu dari kelas 10, dingin dan terkesan cuek. Dia itu adalah trainee SM Entertaiment loh! Menurut kabar yang ku dengar, dia akan di debutkan sebagai sebua Boyband” jelasnya. Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

Kelas pun semakin ramai, Dan bel masuk sekolah pun nyaring berbunyi. Mrs. Park masuk dan member tugas yang dikerjakan secara kelompok dan terdiri dari 2 orang. Pemilihan setiap kelompok di tentukan sendiri oleh Mrs. Park, kemudian satu persatu nama di sebutkan dan pasangan ku di kelompok adalah.. Sehun! Ah, rasanya malas aku bersekelompok dengannya karna dia terlalu dingin. Mrs. Park pun menjelaskan tugasnya dan aku pun mencatat.
               
Jam istirahat pun tiba, aku menghampiri Sehun,

“Kapan kita mengerjakan tugas Mrs. Park ini?” tanyaku.
“Aku tidak bisa kalau hari biasa. Datang saja kamis pagi-pagi di sekolah” jelasnya singkat.
Aku hanya mengiyakannya dan aku segera pergi ke kantin bersama Yoona.

***

“Kia, berangkat pagi-pagi lagi?” Tanya nyonya Lee,
“Iya Umma” kataku.
“Yasudah, ini sudah Umma buatkan sarapan” katanya.

Setelah beberapa minggu tinggal disini aku benar-benar merasa sangat nyaman karena banyak yang baik denganku. Setelah menghabiskan makanan akupun segera berangkat.

***

“Mau ngerjain dimana?” tanyaku pada Sehun yang ku hampiri di lapangan basket.
“Disana aja” jawabnya sambil menunjuk meja dan bangku taman dekat lapangan basket.

Aku mengeluarkan beberapa buku. Saat itu aku dan Sehun hanya saling diam ketika mengerjakan tugas, hanya sesekali bertanya.

“Bagaimana rasanya bersekolah di Korea?” Tanya Sehun memecah keheningan.
“Ya, cukup nyaman, orangnya pun ramah, walau waktu belajarnya lebih lama dari yang di Indonesia” jawabku.

Dari situ kami saling mengobrol dan berbincang-bincang, sampai tak terasa, tugas kami pun selesai. Dari percakapan iotu, kita mulai dkat, terkadang di kelas aku sering mengobrol dengannya,.  Ternyata dia tak sedingin dan secuek yang aku perkirakan.

***

Suatu hari ketika sekolah ada pelajaran tambahan sehingga pulang lebih lama dari biasanya, saat pulang, aku melihat ada sebuah motor besar berwarna hitam berhenti di depanku. Ternyata itu Sehun.

“Mau bareng? Sepertinya rumah kita searah” tawarnya padaku.
“Enggak ngerepotin?” tanyaku.
“Enggak. Sudahlah ayo” katanya. Akupun akhirnya pulang bersama Sehun. Di sepanjang perjalanan kita hanya saling diam.
“Disini?” tanyanya sambil menghentikan motornya.
“Iya, terima kasih, Sehun”, kataku, dia hanya menganggukan kepalanya dan pergi.

Aku memperhatikannya dari jauh lalu masuk kerumah. Entah mengapa, aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika bersama Sehun, mungkin hanya perasaanku.

***

Hari ini aku tidak masuk sekolah karena radang tenggorokanku kambuh. Nyonya Lee pun menelepon sekolah untuk meminta Izin aku tidak masuk hari ini.

“Kia.. Ini obatnya, dan ini minumnya” seru Ny.Lee sambil memberikan obat dan segelas air.
“Iya, Umma” kataku. “Kamu istirahat yang banyak saja” kaya Ny.Lee.

Yaa, walaupun beliau hanyalah orang tua asuhku selama pertukaran pelajar ini, tapi beliau sangatlah ramah dan peduli padaku.

Tiba-tiba ada SMS masuk di Handphone ku.

From: Yoona
Date: Wed,  10:25:09 am

Kia.. Tadi Sehun tanya kenapa kamu tidak masuk, dia juga minta nomor mu, mungkin sebentar lagi dia akan menelepon mu. Cepat sembuh ya. Sehun sepertinya Khawatir padamu, hehehe J

Aku hanya tersenyum membacanya. Entah, aku merasakan senang yang sulit ku gambarkan. Ketika aku akan membalas SMS, tiba-tiba handphone ku bergetar, ada panggilan masuk dari Unknown Number.

“Hallo?” Sapaku saat mengangkat telepon.
“Hallo, apa ini Kia?”
“Iya benar, ini siapa?”
“Aku Sehun. Maaf tiba-tiba meneleponmu seperti ini. Ku dengar kamu sakit. Tadi aku minta nomormu dari Yoona. Dia bilang kamu sobatnya, kah?”
“Iya, paling besok aku sudah sembuh kok. Iya. Gak apa-apa”
“Kamu sudah minum obat? Banyak istirahat supaya sembuh”
“Iya Sehun. Terimakasih”
“Iya. sudah dulu ya, Kia. Sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai”
“Oke, bye, Sehun”. Dan aku pun menutup teleponnya.

Setelah percakapan itu, aku tak tahu mengapa aku merasa sesenang ini. Seperti ada yang salah denganku, mungkin tepatnya perasaanku terhadap Sehun.

***

Esok harinya, aku mulai masuk sekolah lagi. Baru aku sampai kelas, Yoona menghampiriku.

“Makin deket aja nih sepertinya kau dengan Sehun” Godanya
“Apa sih, Yoona. A.. Aku hanya teman kok” jawabku sedikit gugup. “Sepertinya Sehun menyukaimu” kata Yoona
“Tidak, kami hanya berteman Yoona, tidak mungkin Sehun menyukaiku” tangkasku.
“Tapi sikapnya padamu berbeda. Aku tahu kalian saling suka. Kelihatan kok. Hahaha” ledek Yoona. Pipiku pun memerah.

Ketika Istirahat, aku bertemu dengan Sehun di taman.
“Hai sedang apa disini?”sapaku.
“Tidak, Cuma ingin cari udara. Duduk disini bersamaku” tawar Sehun sambil menepuk2 kursi taman seolah menawarkan aku untuk duduk di sampingnya. Akupun menerima tawarannya. Kami berbicara banyak saat itu, dia juga sedikit bergurau. Ketika aku ada di dekatnya, aku merasa nyaman, apalagi kalau mengingat sehun, aku terkadang senyum2 sendiri.

***

Tidak terasa sudah 11 bulan aku tinggal dan belajar di Korea. Selama itu juga aku dekat dengan Sehun. Ini adalah bulan terakhirku aku belajar di sini.

“Kak, kakak sebentar lagi kembali ke Indonesia ya?” Tanya Chaerin, anak Mr.Lee
“Iya chaerin, karena masa pertukaran pelajarku sudah selesai” kataku. “Kakak di sini aja” pinta Chaerin. “Tidak bisa, aku gak mungkin disini terus” kataku.

Akhir2 ini pun  aku jarang bertemu sehun. Bahkan dia sudah tidak pernah menelepon ku. Menurut berita yang kudengar, dia akan dimasukkan Boyband terbaru bernama EXO. Kami mulai jarang berkomunikasi, sampai akhirnya kami mulai menjauh.

***

Hari ini adalah hari terakhirku di sekolah Shinhwan.
“Aku sangat merindukan Kia” kata Yoona.
“Iya aku juga” kataku.

***

Orang yang kuharapkan datang tak juga kunjung datang ke bandara. Sampai di hari aku kembali ke Jakarta, entah dia tahu atau tidak. Kini aku sedang berada di bandara bersama Tuan dan Nyonya Lee, juga Chaerin.

“Umma, Appa, terima kasih mau menampungku dan merawatku di rumah kalian selama aku di Korea” kataku
“Ini sudah menjadi kewajiban kami sebagai orangtua asuhmu kia” Ujar Mr.Lee
“Hati-hati di perjalanan, jangan lupa telepon kami, bye” kata Umma. “Iya Umma”

Akupun segera ke lapangan terbang. Pikiranku masih terbawa sehun. Aku masih berharap ia datang. Ya, aku menyukainya, tapi aku terlalu takut untuk mengutarakannya dan hanya bisa memendamnya.

Ternyata di tengah jadwal kepadatannya, Sehun menyempatkan datang ke bandara. Tetapi terlambat, Aku sudah berada di dalam pesawat terbang menuju Jakarta. Dia kecewa, mungkin perasaannya sama padaku, tapi dia juga belum mengungkapkannya.
“Aku menyesal tidak mengatakan dari awal. Sekarang kamu telah kembali ke Indonesia, sedangkan aku belum mengatakan apa-apa padamu” Gumam sehun di dalam hatinya.

*** 5 TAHUN KEMUDIAN ***
               
Hari ini aku kembali berkunjung ke Korea. Bukan untuk belajar atau bersekolah lagi, tapi aku datang sebagai diplomat muda yang bekerja di Kedubes Indonesia di Korea. Saat itu aku iseng datang ke Namsan Tower di Seoul. Tidak sengaja aku bertemu orang yang tidak asing. Sehun. Sekarang ia sudah menjadi penyanyi terkenal. Tapi perasaanku padanya tetap sama.

“Sehun?” sapaku
“Kia?” sapa Sehun.
“Ternyata benar kau Sehun. Sudah lama ya kita tidak berjumpa” kataku
“Iya. Apa yang sedang kau lakukan di korea?” tanyanya
“Aku kerja di Kedubes Indonesia. Kalau kamu apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kalau orang mengenalimu?”
“Hanya ingin jalan-jalan saja. Haha tidak kok” lalu sehun terdiam, kemudian berkata, “Kia, aku ingin mengatakan sesuatu”
“Apa Sehun”
“Karna kamu ada disini aku ingin menatakan hal yang sempat tertunda dulu, aku tidak ingin seperti dulu. Saranghae Saskia” Ucap sehun jelas kepadaku
“Aku juga, nado Saranghae Sehun”

Akhirnya cinta yang sebelumnya terlambat dan tertunda, sekarang menyatu kembali dan kami hidup bahagia sampai ke pelaminan J

-THE END -

By. Erine Saskia Anggraini
Baca Lanjutannya -->
»»  Read More

Jan 12, 2013

Mr. Jutek & Ms. Jutek



“Kiilaaaaa” kudengar ada suara yang memanggilku, aku pun menoleh.
“Eh, Rama..” kataku.
“Oh,ya, Kil, lu masuk kelas berapa?” Tanya Rama
“Kelas 99, lu kelas berapa?” Aku balik bertanya.
“Kelas 99 juga. Duduk bareng gue yuk” ajak Rama.
“Gak, ah. Gue mau duduk sama cewek aja”
“Yaelah jutek amat sama gue”
“Siapa yang jutek?” tanyaku.
“Aah elu mah gak pernah nyadar kalo lu tuh jutek, week” kata Rama sambil menjulurkan lidahnya. Lalu menjitak kepalaku dan lari meninggalkanku.
“Iiiih awas aja ya lu” kataku Kesal.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Tadi aku di antar kakak ku yang pertama yaitu Mas Faris Permana Putra (Kelas 3 SMA). Kalau kakakku yang kedua namanya Ardhy Sanjaya Putra (Kelas 1 SMA). Oh iya sampai lupa, kalau namaku Shakila Maura Putri, Sedangkan anak laki-laki tadi Rama Furqon Arrafiq, dia tetanggaku di rumah. Anaknya jail tapi asik di ajak ngobrol. Kita emang udah temenan dari kecil jadi udah akrab banget deh.

Dikelas..
“Kilaaa” terdengar seseorang memanggilku. Akupun menoleh.
“Eh Rika, lu disini juga?” tanyaku pada Rika, teman yang ku kenal sewaktu sekelas dengannya di kelas 8.
“Iya, kita ketemu lagi… Lu duduk sama siapa?”

Akupun melihat ke sekeliling kelas yang sudah ramai. Sekilas aku melihat Rama yang sedang tertawa, entah mengapa dia tertawa…
“Gak tau, deh, Rik” Jawabku.
“Yaudah sama gue aja yuk” Ajak Rika.
“Boleh nih?
“Iya. Lagian lo mau duduk sama siapa lagi? Orang udah pada punya temen sebangku masing-masing. Lo sih dateng gak lebih pagi. Udah tau hari pertama” Ledek Rika.
“Hehehe…” Aku tertawa sambil duduk di samping Rika.

Tiba-tiba Rama datang bersama Alvin yang juga dulu sekelas denganku waktu kelas 8,  tapi jarang ngobrol.
“Kalian duduk berdua?” Tanya Alvin
“Iya. Lu juga berdua?” Tanya Rika
“Ya. Orang gue di belakang lu kok” Kata Alvin
“Iya ya? Oh gue baru sadar” Kata Rika
“Kok lu diem aja Kil?” Tanya Rama
“Lah.. Mau ngomong apa?” jawabku singkat
“Ya apa kek. Jangan jutek-jutek amat napa sih” Kata Rama sinis
“Et deh, dibilang gue gak jutek juga” Protes ku
“Aaah lu mah sama aja kaya si Alvin, Jutek tapi gak mau ngaku” kata Rama melirik Alvin.
“Kok lu bawa-bawa nama gue sih?” Protes Alvin
“Lah emang kenyataan si” Kata Rama lagi.

Setelah itu bel masuk berbunyi dan wali kelas kami datang, memperkenalkan dirinya sebagai wali kelas, Pak Sawinan, S.pd, Lalu dia memberlakukan sebuah aturan.

“Berdasarkan pengalaman2 bapak sebelumnya, lebih baik kalau teman sebangku kalian adalah lawan jenis, karena kalau cewek dengan cewek kebanyakan ngobrol, dan cowok dengan cowok kebanyakan gambar. Jadi, mulai sekarang duduknya harus selang-seling!” Atur Pak Sawinan.
“Yah pak jangan pak!” Protes beberapa anak.
“Keputusan bapak sudah bulat, ayo cari teman sebangku kalian” Perintah pak Sawinan.

Akhirnya dengan terpaksa anak-anak saling bertukar pasangan, tidak sulit memang karena jumlah anak murid Laki-laki dan perempuan sama banyak, yakni 17-17. Sementara Aku dan Rika masih diam saja di tempat duduk kami karna masih tidak setuju dengan keputusan tersebut. Tiba-Tiba Rama yang ada di belakang kami memanggilku dengan mencolek punggungku, akupun menoleh.
“Apa?” tanyaku.
Tukeran tempat duduk yuk” Ajak Rama

Aku dan Rika Saling berpandangan.

“Ayo, Kil, tinggal mereka nih yang gak laku” Canda Rika
“Kampret Lu, Rik” Kata Rama kesal.
“Hahaha.. Bercanda Ram” Kata Rika sambil tertawa.
“Gimana kil, lo mau nggak?” Tanya Alvin padaku.

Tumben nih anak mau ngomong, biasanya diem aja.

“Yaudah, mau gimana lagi..” Kataku
“Oke! Gua sama Rika. Abis.. Kila gak mau ama gua. Lu di belakang ya sama Alvin, kan mata lu masih keliatan, kalo gue gak keliatan”
“Hah lu gak keliatan? Lu Hantu?” Candaku
“Ih bukan, maksutnya mata gue burem kalo liat kepapan tulis di barisan belakang!”
“Iye paham. Canda kali Ram hahaha” kataku sambil tertawa.

Akhirnya aku dan Alvin duduk sebelahan, habis mau gimana lagi. Terpaksa. Setelah itu kami membentuk jadwal piket dan organisasi kelas, lalu kami diizinkan pulang.

Sesampainya dirumah ternyata Mas Faris dan Mas Ardhy sudah pulang dari sekolahnya. Setelah aku mengucapkan salam, aku mencium kedua tangan kakak-kakakku itu. Ya, memang begitulah peraturan di rumah ku. Aku harus salim sama kedua kakakku dan Orang tuaku, tentunya sebelum ayah meninggal.
“Kok mas udah pulang?” tanyaku basa basi
“Iya dong. Orang Cuma perkenalan doang” kata mas faris
“sekolah kamu aja tu yang bertele-tele” ejek Mas Ardhi
“Yeee.. Mas kan juga alumnus disistu” Kataku sambil berjalan menuju lantai atas, ke kamarku untuk ganti baju. Setelah itu aku turun keluar lagi dari kamar.
“Mas Ardhi, Mama kemana?” Tanya ku
“Arisan..” Jawab Mas Ardhi
“Dimana?”
“La au.. emang gue ikut arisannya”
“Kirain gitu, biasanya kan lu ikutan haha”
“Enak aja. Dasar dodol lu”
“Yee.. Makanan kali. Haha bisarin yang penting manis”
“Ueeekh, manisan juga gua” Kata mas Faris menyambar
“Amiitttt.. ikut2an aja lu Mas” ledekku

***
“Eh, pinjem rautan dong” kata Alvin padaku
“Ah, eh, ah, eh, gue punya nama jangan sembarangan lu” Protesku
“Iya deh. Kil, pinjem rautan dong” ulang Alvin. Kemudian aku meminjamkan rautanku, setelah beberapa detik kemudian di kembalikan olehnya.
“nih makasih”
“Eh, buang dulu sampahnya” suruhku
“ah, eh, ah, eh, gue punya nama” Kata Alvin. Ck elah, nih anak ngikutin gue.
“Yeh. Eh Vin, buang sampahnya dulu!”
“Ogah” bantahnya
“buang!”
“Ogah!”
“Buang!!”
“Ogah!!!”
“Iiih, lu tuh masih sama ya kaya waktu kelas 8, pelit ngomong tapi bikin kesel!”
“Weeek” Ledek Alvin dengan menjulurkan Lidahnya.
Keseeelll! Saking keselnya, iseng gue cubit aja lengannya.
“Auu.. Sakit kil! Ngapain sih cubit2 ??” Kata Alvin
“Bodo, emang gue pikirin” jawabku tak peduli.

Alvin telah menyiapkan cubitannya, tapi ia berhenti dan menghela nafas, lalu berkata, “Kalau bukan cewek gue bales lu!”
“Yee, biarpun gue cewek, gue gak takut sama lu!”

***
“Apa lu liat-liat?” Tanyaku risih pada Alvin
“Emang gak boleh gue ngeliatin elu?”
“Gak!” kataku. Tapi tetap saja Alvin ngeliatin ku terus.
“Lu kenapa sih, liatin gue mulu?”
“Gak papa”
“Ada yang aneh sama gue?” Tanyaku
“Gak ada”

Alvin yang ada di sebelah kiriku terus memandangiku. Risih diliatin terus, maka aku menoleh ke sebelah kanan.
“Yah kil, jangan madep sana dong” protes Alvin
Akupun menoleh ke Arahnya, “Lagian kenapa sih , risih tau!”
“yaelah gue kan Cuma ngeliatin pipi lu yang tembem itu kali”
“Dih, apa banget dah lu”
“Boleh gak gue cium pipi lu? Tanya Alvin ngocol.
“Najong amit-amit lu mah” Kataku sambil memukulnya pakai penggaris plastik.
“Adaw.. duh sakit tau” teriak Alvin
“ini hukuman buat orang yang lancing”
“Yaelah gua bercanda kali”
“Bodo amat” kataku sambil terus memukulnya.

Lalu Alvin menangkap tanganku dan mencubitku, “Au,, au, aduuh lepasin Vin!” kataku mengaduh.
“gak”
“alviiiin sakit! Udah dong!”
“Belom ini masih kurang”
“Alviiiin lepasin vin please”
“nggak”
“Alvin gue benci sama lo!” Kataku yang sudah sangat kesal karena daritadi mencoba melepaskan cubitannya, tapi tidak berhasil. Akhirnya Alvin melepaskan tangannya.
“Sakit gak?” Tanya Alvin dengan senyum sinis
“Sakit lah, gila ya lo” kataku sambil mengusap-usap tanganku yang sakit.
“Makanya jangan mukul gue” kata Alvin
“lagian lu duluan sih bikin gue kesel” kataku
“Lu duluan sih” kata Alvin
“Elo”
“Elu”
“Lo”
“Lu”
“Lo”
“Dasar mis galak, jelek, iih” Kata Alvin sambil mencubit pipiku lalu kabur.
“iiiihh.. ALVIIIIN” Kataku kesal sambil memegang pipiku yang sakit.

Bener-bener nyebelin banget sih tuh anak, kerjanya nyari ribuuut mulu. Ih, kapan sih dia berubah jadi cowok yang lebih lembut ke cewe, gak kasar kaya gitu. Nyebelin.. Nyebeliiin..  Nyebeliiin!

***
“Hari ini Pak sawinan ingin mencatat biodata siswa kelas kami. Gak ada masalah sih, tapi yang jadi masalah, si Alvin selaku ketua kelas yang disuruh mencatat biodata kami sekelas. Ya walaupun Cuma 3 pertanyaan, tapi bikin kesel kalau dia yang nanyain dan nulisin. Lagian kenapa enggak dibangun angket aja sih.
“Alvin, bawa kemari kalau sudah di catat datanya. Kok malah duduk-duduk?” kata pak Sawinan melihat Alvin duduk di bangkunya.
“Belum pak, tinggal dia nih” Kata Alvin sambil menunjukku.
“Oh bapak kira sudah selesai”
Lalu Alvin menoleh kearahku kembali, “Nah, hai Miss Galak, lu lahir dimana, kapan, dan tahun berapa?” Tanya Alvin dengan senyum sinis.
“Hai juga Mister nyebelin, Lahir di demak, tanggal 26 Januari 1998” Kataku meladeni omongannya dengan senyum sinis juga.
“Mmm terus kalau nomor telepon lu berapa Miss jutek?”
“02194196115 Mister ngeselin”
“Kalau orang tua lu asalnya dari mana Miss pelit senyum?”
“Mama gue dari Demak, Papap gue dari Nias, udah cukup kan Mister nyari ribut?”
“Udah kok, makasih ya Miss Galak”
“Sama-sama Mister pembuat emosi” Kataku.

Kemudian Alvin bangkit dari tempat duduknya dan menyerahkan kertas data biodata murid-murid kelas kami kepada Pak Sawinan.

***

Istirahat hari ini di warnai dengan hujan, hanya segelintir yang pergi ke kantin. Aku dan Rika memilih ngobrol bareng di kelas daripada ke kantin.
“Gimana kil, Enak gak duduk bareng Alvin?” Tanya Rika.
“Emang lo yang di depan gue gak denger tiap hari gue berantem mulu sama Alvin?”
“Hehe.. ya denger sih, sampe budek telinga gue dengerin kalian ribut mulu”
Tiba-tiba Rama datang, “Iya, lagian kenapa sih lu berdua berantem terus?” Tanya Rama
“Si Alvin yang ngeselin” kataku
“Eh kesel-kesel lama-lama jadi cinta looh” goda Rika
“Ih nggak banget deh sama mister Jutek itu” kataku
“Yee, kan pas, sama-sama jutek” kata Rama
“Ih dibilang gue gak jutek”
“terus apa kalo bukan jutek?”
“Yaa.. emm.. mm.. ng.. ng..”
“Alah udah lah ngaku aja” ledek Rama
“Ihhh Ramaaaa” Kataku kesal , yang diomelin malah kabur.

Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa masuk ke kelas. Pelajaran terakhir dimulai, tapi sepertinya guru yang seharusnya sekarang mengajar tidak datang. Kan jadi ngantuk kalau gak belajar.

Alvin yang berada di sebelah kiriku Gak bisa diam. Alhasil kakiku terinjak, aku pun menoleh dengan muka kesal.
“Sorry” Kata Alvin sambih cengar-cengir. Aku hanya membalasnya dengan senyum hambar, malas berantem terus. Lalu aku menaruh kedua tanganku di meja dan menaruh kepalaku di atas tangan.
“Eh, tumben gak marah?” Tanya Alvin yang mungkin heran.
“Males ngeladenin lu, bosen berantem” jawabku ketus
“Sama sih gue juga capek” kata Alvin.
“Mm” kataku hanya berdehem singkat.
“Lu kenapa sih? Lemes banget?”
“Ngantuk”
“Yaudah tidur aja” saran Alvin
“Ya ini gua juga lagi pengen tidur lu ajak ngobrol terus”
“Oh iya ya sorry” Kata Alvin tersenyum sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah yang menandakan Peace atau damai..

Beberapa menit kemudian. “Kil, kill.. Kila” Panggil Alvin sambil menepuk bahuku.
“ng, apaan Vin?” tanyaku terbangun dengan mata yang menyipit karna masih ngantuk.
“Udah pulang kil, nih pake tas lu” Kata Alvin sambil menyodorkan tasku.
“Lah, kayanya tadi masih berantakan deh?” kataku heran
“Iya tadi gue yang beresin” kata Alvin mengakui
“Oh, tumben. Thanks ya”
“Iya”

Sampai di rumah Mas-mas ku belum pulang, aku langsung salim sama mama, mengobrol sebentar, lalu masuk ke kamar untuk tidur.

Jam 4 sore aku bangun, mandi, dan kemudian shalat Ashar. Setelah shalat, aku keluar kamar. Di depan pintu kamarku, ku dapati Mas Faris sudah berkacak pinggang dengan wajah galak, dia menatapku.
“Ng, ada apa ya, Mas Faris?” tanyaku takut
“Kata mama tadi siang kamu belum makan?”
“Iya mas, soalnya aku ngantuk, jadi lupa makan” jawabku
“Kila, kamu kan tau, sebelum Ayah meninggal, Ayah pesan kepada Mas untuk menjaga Mama, kamu, dan Ardhy. Jadi kalau ada apa-apa dengan kalian, Mas yang bertanggung jawab” Ujar Mas Faris.
“I.. iya Mas. Maaf” kataku dengan suara bergetar
“Kil.. kila? Kamu kenapa nangis?” Tanya Mas Faris
“A.. Aku inget Ayah mas” Kataku sambil menahan air mata. Mas faris langsung memelukku.
“Maaf, mas Faris gak bermaksut bikin kamu inget tentang Ayah”Kata mas maris sambil menenangkanku. Aku hanya terisak di pelukannya yang hangat dan nyaman. Sudah lama aku enggak di peluk seperti ini oleh mas Faris. Aku rindu pelukan ini.
“Udah yuk, sekarang kita ke bawah. Kita makan” kata Mas Faris sambil melepaskan pelukannya dan merangkulku menuju ke Meja makan. Aku duduk di samping mas Faris dan berhadapan dengan Mama dan Mas Ardhy.
“Kamu habis nangis kil?” Tanya Mama
“Di marahin mas Faris ya?” Tanya Mas Ardhy
“Enak aja, aku gak marahin Kila. Dia inget sama Ayah ..” ujar Mas Faris, “Eh…”
Mendengar kata-kata Mas Faris aku kembali terisak. Lalu Mas Faris memelukku agar aku tidak menangis lagi.
“Maaf, maaf, udah yuk kita makan lagi” kata mas Faris menenangkanku

Memang dengan meninggallnya Ayah, aku yang cukup terpukul, karena dulu kami sangatlah dekat. Tapi aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan ini. Aku harus menjadi anak yang baik supaya Ayah senang di sana.

***
Di gerbang sekolah.
“Uhh, besok-besok aku berangkat sama Mas Faris aja deh pagi-pagi, daripada sama Mas. Mentang-mentang Mas masuknya siang, bangunnya siang” Protesku pada Mas Ardhy
“Baru jam 7 kurang 5 juga, belum telat kan?”
“Gimana kalo tadi macet? Kan telat”
“Duhh cerewet banget sih adek Mas ini. Udah, cepet salim terus masuk. Udah sepi nih ntar telat loh” Kata mas Ardhi sambil menyodorkan tangannya, aku pun mencium tangannya, lalu tiba-tiba mas Ardhy mencium pipiku.
“Iiih cium-cium. Malu tau udah gede”
“Halah, masih SMP juga. Udah sana masuk!”
“Iya iya”

Dikelas.
“Tadi lu di anterin siapa?” Tanya Alvin
“Mas gua. Kenapa?”
“Akut banget lu berdua pake cium-cium pipi lu segala”
“O iya dong. Guam ah gak pernah berantem, kecuali sama …” Kataku dengan kalimat yang menggantung.
“Sama siapa?”
“Sama elu lah, siapa lagi?”
“Hahaha… Emang gue nyebelin yak?”
“Banget.. Bikin sakit hati, bikin gue naik darah”
“Sorry deh. Abis gue kira lu anaknya lenjeh kaya cewe-cewek biasanya haha”
“Lenjeh? Ih gak banget deh”
“Yaudah Miss Jutek, kita baikan yuk”
“Gimana yaa?”
“Ayo baikan aja, gue capek berantem mulu sama lu”
“Yaudah deh. Tapi janji ya jangan bikin gue kesel lagi”
“Iyaaa”
“Cie.. cie yang udah baikan” ledek Rama
“PB nya mana? Pajak Baikan haha” sambung Rika
“Ahh males. Pajak di korupsi mulu” Kataku memelas
“Kapan nih pacarannya?” Tanya Rama
“Pacaran? Ntar aja deh ya kil” Ujar Alvin
“Dih pacaran sama lo? Engga cocok banget. Sekarang aja berantem mulu gimana kalo ntar pacaran?” Kataku
“Cocok lagi. Mister Jutek dan Miss Jutek. Yekan?” kata Rika
“Iya haha cocok sih” kata Rama
“Iya kalo udah gede gua baru mau pacaran, kalo udah lulud SMP. Pacaran mulu lu Ram pikirannya” Kataku
“Yaelah kil. Eh iya kil ada satu lagi nih” Kata Alvin
“Apaan?” tanyaku bingung
“Lu perlu gue cium gak kaya Mas lu tadi pagi hehe” Kata Alvin yang mulai nyari ribut. Habis ngomong gitu, dia ketawa dan mengusap-usap rambutku lalu lari.
“Aaaa ALVIIIIIIIINNN ……” Teriakku kesal.
“Hahaha” tawa Rama dan Rika.

- THE END -

By : ERVINA JANIS 99
Baca Lanjutannya -->
»»  Read More

Dec 26, 2012

Dunia Pocong Garing (Naskah Drama) Part II

<< LANJUTAN ... >>

[ Di Tongkrongan Genk Pocong ]

Congoneng : “Eh, bos. Badmood nih. Tangan gue gatel pengen ngerjain si Congpit lagi”
Congcol : “Yee kaga punya tangan lu. Inget, kita tuh pooocongg! Si makhluk astral tanpa tangan”
Congong : “Nah, gue tau congbos. Kerjain aja kaya kemarin2!”
Conglos : “Ah bored kale. Gak seru!”
Congmi: “Basi banget yang kemaren. Terus apa ya?”
Congoneng : “Aha! Gue tau gue tau. sinisini” *Berkerumun*
Conbos : “Wess, Cemerlang idenya. Tumben tuh otak encer”
Congong : “Yaah, bos, paling besok2 kambuh lagi onengnya”
Congmi : “Hmm.. Tapi gue gak ngerti hehe. Emang apaan maksutnya?”
Congbos : “Yah nih anak, telminya keluar lagi. Udah yuk tinggalin aja”
Congmi : “Lah? Yah, kok di tinggalin dah? Eh ikuuuut”

[ Ditempat Lain ]

Congker : “Hah… selesai juga. Pokoknya, pas jam 12 nanti, gue harus berhasil menghancurkan mereka, sama seperti yang mereka lakuin ke gue setahun yang lalu. Liat aja, gue bakalan lepas tali pocong mereka pake gigi gue biar mereka musnah dari dunia pocong ini. Ha ha ha ha ha …”

** Jam 12 Tengah Malam **

[ Di Tongcong Lainnya ]

Congbos : “Ah, kemana sih, si congpit? Gak nongol2. Keliatan tali pocongnya juga engga”
Congcol : “Tau nih bos. Udah gak sabar nih gue”
Congong : “Heh lo, Congoneng, lo yakin disini tempat tongkrongannya si Congpit?”
Congoneng : Iyaa, cius, cungguh! Gue yakin satu kosong kosong persen deh!”
Congmi : “Ah miapa lu? Tar boong lagi lo”
Congoneng : “Het, Miocong deh!”
Conglos : “Tapi mana? Udah sejam lebih nih. Udah mana ni tempat angker lagi”
Congcol : “Iya, betul tuh. Atut nih gue”
Congbos : “Heh, lo semua oncom banget sih. Elo semua tuh setan, poconggg!, masa tempat kaya begini aja takut”
Congong : “Betul tuh kata congbos! Tempat ini sama muka lo sereman muka lo kali. Hahaha ”
Congmi : “Eh, eh… Liat tuh di sana. Kayanya itu dia deh”
Congbos : “Yaudah, cepet2 siapin”
Conglos : “Eh, tapi kayaknya bukan deh,. Coba liat yang jelas apa”
Congcol : “Ehh iya bukan2. Eh, dia makin ngedeketin kita”

Lalu Pocong Angker itu berdiri di hadapan mereka semua.

Congbos : “Ngapain lo melotot gitu? Heh, asal lo tau ya, ini tempat lapak gue! Jadi pergi deh lu sono!”

Pocong angker itu semakin mendekat dan melotot.

Conglos : “Eh, eh, dia makin melotot, Vin” *Sambil berbisik ke Vina*
Congoneng : “Siapa sih dia, Bos??” *Berbisik ke Congboss*
Congbos : “Meneketehe gue!”
Congong :  “Heh, siapa sih lo? Berani-beraninya lo sama kita2. Nggak tau ya lo, kita ini tuh Genk Pocong Gaul yang paling tenar di dunia pocong... " 
Congcol : "bahkan sampe ke luar planet!”

Tetapi pocong itu hanya terdiam dan malah semakin menunduk. Dan tiba2 …

Congker : “Huuaaaaaaaaaaaaaaa haa haa” *Setengah teriak*
Semua: “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” *Sambil melompat mundur kebelakang*
Congbos : “Si.. Siapa sih lo? Hah? Siapa?” *Dengan muka setengah panik dan takut*
Congker : “Ha ha ha.. Gue? Gue adalah KORBAN lo semua!!”
Congoneng : “Korban? Korban apa?”
Congker : “Udah, deh, kalian jangan pura2 lupa! Masih inget setahun yang lalu, di pos ronda? Lo pada saat itu gangguin gue sampe-sampe gue ngibrit ketakutan, dan setelah itu, gue ketabrak odong-odong, sampai akhirnya gue masuk ke dunia pocong! Dunia kalian! Oke, beruntung gue satu dunia lagi dengan kalian karna sekaranglah waktunya gue balas dendam ke kalian, gue bakalan lepas tali pocong kalian biar kalian hidup abadi. Ha ha ha ha ha ha haaa”
Congbos  : “Engggaaa!”
Semuaa: ”Aaaaaaaaaa”
Congcol : “Aaa Kabuuuuuuuuuurrr….”

Mereka pun kejar-kejaran dengan Pocong Angker dan akhirnya mereka terpojok. Pas di saat meneggangkan itu, Congpit datang melihat kejadian itu.

Congpit : “ Heeeyy…. Pada ngapain kalian ke… “

Congpit terkejut melihat Pocong Angker atau disebutnya Pocong Miring/Coring juga berada di tempat itu.

Congpit : “Loh Coring? Kok lo ada di dini juga? Mau main ketoprak2an yaa? Wah, jahat kalian gak ngajak2” *Sambil nyenggol pundak Coring*
Congmi : “Eh pit, jangaaan, jauh2 pit. Dia jahat pit, jahat!”
Congpit : “Hah? Jahat? Gak mudeng gue. Haha masa lo dibilang jahat?”
Congker : “Hahaha emang! Emang gue jahat! Bener cong kata geng alay itu! Lo liat cong, liat! Gue akan balas dendam ke mereka biar mereka musnah dari dunia kita!”
Congpit : “Hah? Lo serius? Balas dendam apa sih? Mereka lakuin apa?”
Congker : “panjang ceritanya, Gak bisa gue jelasin sekarang. Pokoknya gue harus musnahin mereka dulu. Liat cong liat! Dan secara gak langsung, balas dendam lo juga juga ke bales”
Congpit : “Ehhh tunggu ring! Ciiiaaattt “ *Sambil melepas tali pocong Coring*

Congpit akhirnya justru melepas ikatan tali pocong Angker tersebut.

Congker : “Aaaaa kenapa kok lo lakuin itu ke gue? Kok lo jahat sama gue? Aaa” *Hampir musnah*
Congpit : “Maafin gue, walaupun mereka jahat dan sering nge-bully gue, tapi mereka gak sejahat lo, Ring. Maaf… Selamat tinggal, Selamat jalan, ring, semoga tenang!”
Congker : “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”

Pocong Angker itu pun musnah dari dunia Pocong. Genk Pocong Gaul itu langsung mengerumuni Congpit dan berterima kasih padanya.

Congcol : “Yaampuun… Bener2 makasih yaa. Kita semua jadi hutang budi sama lo”
Congbos : “Betul banget! Bener2 makasih sekali lagi”
Congoneng : “Yaudah, mulai detik ini lo temen kita ya”
Congpit : “Hahaha mau gak yaa?”
Congmi : “Ayolah, mau aja mau. Kita seru2an bareng pit”
Congoneng : “Gapapa juga sih kalo gamau mah, ehehe”
Congpit : “Hmmm okedeh. Karna gue baik hati ya, iya deh gue mau”
Congong : “Yaelah iya taudeh yang baik kita jahat”
Congpit : “Haha enggak enggak, kalian baik ko”
Conglos : “Haha ciee sekarang anggota Genk Pocong Gaul ada 7 orang deh”
Congbos : “Yaudah, kalo gitu, kita rayain. Nyanyi lagu nasional pocong yuk!”

“ Ingat! Ingat! Ingat! Kami pocong di bumi ini.. Si makhluk astral yang tak punya tangan. Semua manusia akan menjadi kami.. Maka ayo mari, masuk ke DUNIA POCONG “

Semua : “Yuuukkk… Capcusss”

Dan semua berakhir DAMAI . . .


<< THE END >> :D :D



 Thanks for reading and thanks for visiting 
Baca Lanjutannya -->
»»  Read More

Dunia Pocong Garing (Naskah Drama) Part I

Cerita ini diambil dari Naskah Drama buat tugas sekolah.. Heheh Read ya :D

-Fircaur sebagai CongPit
-Erinaskia sebagai Congker (Pocong Angker) / Coring
-Alnufa sebagai CongBos
-Sallanla sebagai Congmi
-Silvani sebagai Congong (Pocong Songong)
-Putirolina sebagai Congcol
-Vinanis sebagai Congoneng
-Fatma sebagai Conglos

" Ingat Ingat Ingat Kami pocong di bumi ini. Si makhluk astral yang tak punya tangan. Semua manusia akan menjadi kami. Maka ayo mari, masuk ke dunia.. Poconggg! "

CEK THIS OUT

Ada seorang anak kaya raya yang sombongnya minta ampun, yang kerjaannya Cuma berfoya-foya. Lalu pada suatu hari, cewe yang bernama Fircaur jatuh miskin, karena depresi ia akhirnya bunuh diri. Menurut warga sekitar, cewe itu menjadi pocong yang telah bergabung di dunia pocong seperti cerita-cerita warga.

Disinilah cerita dimulai.

[ Di Dunia Pocong ]

Congpit : “Aaa sial! Ko gue jadi pocong gini sih? Padahal kan gue kira abis bunuh diri itu gue jadi kuntilanak yang cantik. Yaah, kali aja dapet setan yang bening, gak jomblo kaya di dunia nyata. Ehh, taunya ,malah loncat2 gini, pake segala diiket lagi udah kaya lontong rebus!”

Tiba-tiba segerombolan pocong-pocong gaul yang tenar di dunia pocong itu datang. Ketua genk pocong yang mendengar kata2 Pocong Fircaur tersebut langsung mengejek Pocong Fircaur atau Congpit tanpa titik koma.

Congbos : “Alaah.. sok lu! katro! belagu! siapa sih lo? baru? Kalo udah kaya gitu mah gitu aja kale.. Ya gak, Ciiin?”
Congmi : “Betul tuh Congbos! Segala gaya2an. Padahal dulunya juga palingan cupu sampe jomblo kaya gitu, ha ha ha …”
Congpit : “Enak aja. Asal lo tau ya, banyak yang mau sama gue!”
Congcol : “Aaamaca cih? Banyak yang mau atau gak laku? Ahahahaa.. Sedih! Haha”
Semua : “Ahahahaha”
Conglos : “Bay de wey, kita kasih julukan aja nih, ke dia nih..”
Congoneng : “Wah, iya tuh, brey! Gue setuju. Tapi gue lagi gak ada ide nih”
Congong : “Ahh, elu mah emang selalu kaga punya ide. Lu kan, Oneng”
Conglos : “Udah2. Gue punya ide, kasih aja di sebutan Congpit!”
Congcol : “Apaan tuh congpit?”
conglos : “Pocong sipit, Cuy. Haha”
congoneng : “Lah kok congpit?”
congmi : Ah combro lu, gitu aja kaga tau”
Congong : “Emang lu tau apaan?”
Congmi : “Ehehe.. Engga”
Congong : “Ah, emang dasar pada oneng lu pada. Liat noh, Liat, Matanya kaga ada”
Congmi&Congoneng : “Oiya, Ahahahaha”
Semua : “Hahahahahahaahaha….”

Congbos : “Ahaha bagus bagus. Emang anak buah yang pinter lu pada”
Semua : “Yooumaan”
Congoneng : Iya dong. Siapa dulu, gue gitu bos!”
Congong : “Lah ngasal. Mikir juga kaga lu buat kasih nama julukan ke pocong baru itu!”
Congpit : “Siapa? Maksut lo, buat gue gitu?”
Congmi : “Helooo, ya buat elu lah si congpit. Masa buat kebo”
Congpit : “What? Buat gue? Sembarangan ganti julukan gue. Gue itu tuh pocong Kemblo, kece dan jomblo. Jangan sembarangan lu para polay. Nasi tumpeng dasar!”
Congbos : “Heloo ... Nasi tumpeng? Dunia manusia kali. Ini tuh dunia pocong! Lagian, bangga gitu lo jomblo?”
congcol : “Yahaha.. Dasar Congpit. Aneh lu, udah sipit, jomblo, oneng lagi. hahahah sediih”
Congpit : “Yee dasar Polay. Gue timpuk lu!”
Congoneng : “Jiah mau nimpuk, kaya punya tangan aja, hahahah”
Semua : “Hahahahahahaha”
Congpit : “Ih sumpah, ya lo, para Polay. Guee…”

Sebelum Congpit menyelesaikan kata-katanya, tiba2 salah satu anggota genk Pocong gaul itu ketakutan.

Conglos : “E… e… e… eh… Ada ada… hm anu… itu…”
Congbos : “Ada apaan sih lo?” *sambil nyenggol bahu* “Ngomong sih gagap”
Conglos : “Anu… Itu bos itu. Aaaa” *Langsung kabur*
Congoneng  : “Kenapa sih?” *Nengok*

Serentak semua menengok ke arah yang di tuju Pocong Fatma atau Conglos.

Semua : “Aaaaaaaa… Kaboooorr”
Congcol  : “Lah, kok semua pada kabur? Aneh.. *Sambil menengok ke arah yang dilihat genk’annya“Waaa… Heyy.. tungguin gueee” *GUBRAKKK* *Jatuh*
Congpit : “Hahaha… Payah lu polay. Belum apa2 udah pada kabur. Pake jatoh lagi. Masa takut sama gue. Gue kan, cantik. Dasar gembel” *Nendang batu*

Di saat si Congpit menendang batu(??), secara bersamaan, ada si Jelmaan Pocong Angker yang baru mau menghadap ke Congpit dan ingin berusaha menakut2innya tetapi yang terjadi, batu yang di tendang Congpit malah mengenai kakinya.

Congker : “Adaw… Adaw… sakit combro!”
Congpit : “Ah, Upss, kena ya? Mangaap” *Nyengir*
Congker : Huaaaaaaaaaaa… Haaaaaaaaaaa” *berusaha nakut-nakutin*
Congpit: “Lo kenapa? Abis kena batu jadi miring ya?”
Congker : “Siaalan lo. Asal lo tau ya, lo itu lagi berhadapan sama ….
Congpit : “Sama siapa? Sama pocong miring? Hahahha”
Congker : “Awas lo yaa!! Iiiih… Gue…
Congpit : “Gue apa? Udah ya, gue mau cabut. Byeee pocong miring. Oiya, sebelumnya gue kasih julukan CORING ya ke elo..” *nyelonong pergi*

Congker : “Anjiiirr... Uuuuuh geregetan gue. Siapa sih tuh pocong! Berani beraninya songong sama gue. Mana gak takut lagi sama gue. Sebel sebel sebel !!!”

[ Ditempat Lain ]

Congcol  : “Aduhh… Bete nih ngeronda tapi gak dapet mangsa.”
Congmi : “Sama nih… Gue juga bete”

Kemudian dari kejauhan, Congoneng melihat si Congpit sedang melompat2.

Congoneng : “Weeey congbos, cong, cong.. Kayanya kita ketiban rejeki nih. Liat tuh liat!”
Congbos : “Mana mana? Wah iya! Udaah, kita sikat abis aja yokk”
Conglos : “Ayuk!! Cepetan! Keburu dia udah kesini!”
Congong : “Eh, eh, sini sini, Gue punya ide!” *Semua berkerumun*  “Gimana? Deal conggg??”
Semua : “DEAL Ciiiinn!”

Pada saat Congpit melintas, sesuai dengan rencana, Kaki salah satu anggota Genk Pocong Gaul mencegat(?) dan … *GUBRAKKK*

Congbos : “Upsss. Jatuh yaa? Uu kacian, pukpuk ya congpit, hahaha”
Congcol : “Makanyaa, kalo punya mata tuh di pake”
congoneng : “Eh, gimana mau di pake, mata aja kaga punya. Hahahahaha “
Conglos : “Makanan, beli dong mata yang 35 watt. Biar melek, gak tidur molo”
Semua : “Hahahahahahahahahaha”
Congong : “Yaudah yukk, capcusss”
Congmi : “Yuuuukk” *Lompat berlawanan arah*
Congcol :  “Weyyy, sini cong! Dasar Congmi!”
Congmi : “ Eh.. eh.. ehehe salah jalan. Tunguiiiiiiiin”

Setelah itu, Pocong angker sedang melintas dan kemudian melihat si Congpit atau dengan sebutannya Pocong songong itu sedang tergeletak. Tadinya ia berpikiran masa bodo dan ingin mengabaikannya, tetapi tiba-tiba ide liciknya muncul.

Congker : “Eh.. eh.. Bangun lu. Malah tiduran di aspal”
Congpit : “Siapa yang tiduran oncom? Gue jatoh”
Congker: “Hohoho jatuh ya? Makanya ma …”
Congpit : “Mata dipake biar gak jatoh. Hah? Gitu kan yang barusan mau lo omongin? Tau gue tau, mata gue Cuma 2 watt”
Congker : “Yeee sensi banget sih lo… Gue ga mau bilang gitu sih. Gue Cuma mau nolong elu” *sambil bantuin dengan segala cara*
Congpit : “Thanks. Gue kirain lo mau ngamuk gara-gara kemaren”
Congker : “Gue bukan tipe pocong kaya gitu. Eh, gue mau ngobrol2 deh sama lu. Kita ke Tamcong yuk!”
Congpit : “Ngapain?? Wahh, lo mau perkaos gue?”
Congker : “Perkosa? Ya enggaklah! Ngapain amat, masa jeruk makan jeruk”
Congpit : “Hahaha bisa aja. Yaudah yuk!” *Sambil pergi ke Taman Pocong*

[ Di Taman Pocong ]

Congker : “Hm, elo anak baru ya?”
Congpit : “Iya, Mati kemaren, jadi ya masih wangi gitu deh, gak kaya lo udah jamuran”
Congker : “Yaa terserah apa kata lo. Ehiya, Kok gue liat lo sabar banget sih ngadepin si Genk pocong yang sok gaul itu?”
Congpit : “ Hahaha, I don’t know gicuu deh”
Congker : “Lo gak mau balas dendam gitu ke mereka? “
Congpit : “No no no … Gue bukan tipe orang yang kaya gitu, eh pocong maksut gue”
Congker : “ Apa lo gak sakit hati? “
Congpit : “Engga… Eh udah ya, gue eteb nih cong. Cabut yee”
Congker : “Eeeh mau kemana lo? Gue belum selesai ngomong”
Congpit : “Mau ke… Mau ke hatimuu… Byee”

Lalu Congpit pun pergi menginggalkan Congker.

Congker : “ Capcay deeh. Hhh Sialan tuh anak, gak bisa di ajak kerjasama. Terus gimana ya? Haahh , terpaksa harus gue sendiri yang berbuat. Pokoknya, malem Jumat Kliwon nanti, gue harus balas dendam. Gue harus ngancurin si Genk Pocong sok gaul itu, seperti saat mereka ngancurin gue!”

<< BERSAMBUNG... >> :D :D



Baca Lanjutannya -->
»»  Read More